Di sebuah pedesaan di tanah Arab, ada seorang pria bernama Abdullah bin Mubarrok yang telah berniat untuk melaksanakan haji tahun depan. Karena itu, dari jauh-jauh hari ia telah menabung untuk bekal berangkat haji.
Namun, di tengah perjalanan pulang, Abdullah bin Mubarrok melihat ada seorang wanita tengah membersihkan bulu ayam di tempat sampah.
Abdullah bin Mubarrok merasa penasaran dan mendekati wanita itu. Saat mengetahui ada orang yang mendekatinya, wanita itu langsung membelakangi Abdullah bin Mubarrok. Ia pun semakin tertarik dan ingin tahu.
Alangkah terperanjatnya Abdullah bin Mubarrok setelah tahu bahwa wanita itu membersihkan bangkai ayam!
Hal itu diketahui Abdullah karena tidak ada bekas potongan di leher ayam dan mulai tercium bau busuk. Melihat kejadian itu, hati Abdullah bin Mubarrok miris dan bertanya pada wanita tersebut.
“Wahai ibu, untuk apa ibu membersihkan bangkai ayam ini?”
“Untuk di makan.” Jawab wanita itu tanpa menoleh.
“Bukankah ibu tahu, Allah mengharamkan kita memakan bangkai ayam.”
“Bangkai ayam ini memang haram bagi tuan, tetapi tidak untukku dan anak-anakku,” jawab si wanita sambil terus membersihkan bangkai ayam itu.
“Memang apa sebabnya?” Abdullah bin Mubarrok semakin penasaran.
“Jangan campuri urusanku, pergilah menjauh dariku,”jawab wanita itu dengan nada tidak senang.
“Demi Allah, aku tidak akan pergi dari tempat ini sebelum aku tahu masalahmu!. Katakanlah wahai ibu.”
Mendengar kesungguhan Abdullah bin Mubarrok, wanita ini pun angkat bicara.
“Baiklah, karena kau telah meminta dengan nama Allah, aku beritahu masalahku. Ketahuilah tuan, aku dan anak-anakku sudah tiga hari tidak makan kecuali minum sedikit. Suamiku gugur di jalan Allah, dan dia tidak meninggalkan warisan yang bisa di jual untuk menyambung hidup anak-anaknya yang yatim sekarang. Sedangkan, untuk meminta-minta aku malu. Aku mencari makanan kesana kemari, tapi tidak aku dapatkan kecuali bangkai ayam ini,” jawab wanita itu panjang lebar.
Hati Abdullah bergetar hebat. Air matanya mengalir deras membasahi pipinya. Pandangannya menjadi kabur dan seluruh persendianya menjadi terasa lemas. Dia benar-benar merasa sangat berdosa jika membiarkan wanita itu dan anak-anaknya memakan bangkai ayam. Lalu, sambil menunduk, dia berkata dalam hati. “Wahai Ibnu Mubarrok, haji apakah yang lebih mabrur dari pada menolong ibu ini dan anak-anaknya?”
Dan tanpa berpikir lagi. Abdullah bin Mubarrok menyerahkan semua uang yang akan di gunakannya untuk membeli unta pengangkut bekal hajinya nanti.
“Wahai ibu, mulai detik ini, bangkai ayam itu haram bagimu dan anak-anakmu! Ambilah ini, dan segeralah beri makan anak-anakmu.”
Wanita itu gembira sekali. Sambil menerima pemberian Abdullah bin Mubarrok. Wanita itu pun berkata, “Semoga Allah merahmatimu.”
Lalu wanita itu pergi meninggalkan Mubarrok, yang dengan ikhlas pulang ke rumah. Pupus sudah keinginannya untuk pergi haji.
Dan saat musim haji usai, Abdullah bin Mubarrok menyambut rombongan haji di batas kota bersama keluarga dan kerabat haji. Para haji yang baru pulang itu bercerita telah bertemu Abdullah bin Mubarrok di tempat ini dan itu. Abdullah bin Mubarrok tentu saja heran dengan cerita tersebut karena dia tidak jadi pergi haji. Namun semua orang yang berangkat haji mengaku bertemu dengannya.
Malam harinya, Abdullah bin Mubarrok mendapat jawaban dari rasa penasarannya tersebut. Ia mimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. Dalam mimpinya, Rasulullah berkata “Wahai ibnu Mubarrok, engkau telah merelakan bekal hajimu untuk menolong sanak keturunanku sehingga mereka terbebas dari kesulitan hidup. Maka, Allah mengutus malaikatNya yang diserupakan dengan dirimu pergi haji untukmu setiap tahun. Dan engkau akan menerima pahalanya sampai hari kiamat.” [ahmad syaefudin/islampos/nuonline]
Posting Komentar