Jika kebahagiaan itu ada pada harta benda, maka Qarun-lah yang paling bahagia dunia dan akhirat. Tapi kenyataannya tidak.

Jika kebahagiaan itu ada pada kekuasaan, maka Fir'aun paling bahagia dunia dan akhirat. Tapi kenyataannya tidak.

Kalau kebahagiaan itu ada pada ilmu duniawi dan titel akademik, maka Haman yang paling bahagia dunia dan akhirat. Tapi pada kenyataannya tidak.

Ternyata, dimata ulama dan auliya', kebahagiaan itu terletak pada sejauh mana manusia berjalan di atas petunjuk Allah dan sunnah Rasulullah shallaallahu alaihi wasallam.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:

فأسعد الخلق وأعظمهم نعيما وأعلاهم درجة أعظمهم اتباعا وموافقة له علما وعملا اهـ

“Manusia yang paling beruntung, paling agung kenikmatannya dan paling tinggi derajatnya adalah yang paling besar mutaba’ahnya (sikap ikutnya) dan kesesuaiannya dengan beliau (Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam) baik secara ilmu maupun amal". (Ibnu Taimiyah, Majmu’ Al Fatawa, 4/26).

Ibnul Qayyim Al Jauziyah rahimahullah bercerita tentang gurunya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, bahwa beliau rahimahullah seringkali berkata:

«ما يصنع أعدائي بي، إن حبسوني فحبسي خلوة، وإن نفوني فنفيي سياحة، وإن قتلوني فقتلي شهادة في سبيل الله، أنا في صدري كتاب الله وسنة نبيه».

"Apa yang diinginkan musuh-musuhku terhadapku. Jika mereka memasukkan aku ke dalam penjara, maka ia adalah khalwat (berduaan dengan Allah) bagiku. Jika mereka mengusir aku, maka pengusiran itu adalah tamasya bagiku. Dan jika mereka membunuhku, maka ia adalah syahid bagiku. Sungguh, di dalam dadaku bersemayam kitabullah dan sunnah Nabi-Nya". (Ibnul Qayyim, Al Wabil Al Shayyib, hlm. 73-74).

(Ustadz Rappung Samuddin)

Posting Komentar

Donasi

Bagi yang ingin membantu Penyebaran Dakwah : Silahkan Transfer ke Rekening Kami BNI Syari'ah kantor Cabang Surakarta 0348328005
 
Top