Ditanyalah ia, “Mengapa kamu beruban, sedang dahulu kamu berambut hitam legam?” Sam ibnu Nuh a.s menjawab iba, “tatkala ku dengar panggilan keluar ada. Aku mengira kiamat telah tiba. Ketakutan diriku rasanya. Karena itulah rambutku memutih semua”. Ditanyalah ia kembali, “bberapa lama engkau mati?”. “empat ribu tahun,” katanya, “namun belum hilang juga pedihnya maut terasa”.
Di dunia ini tidak ada yang sanggup menghidupkan orang yang sudah mati. Apabila ada orang yang seperti itu, tentu itu adalah mukjizat yang dibawa seorang rasul. Dan kita, sebagai orang yang berakal wajib mengikuti risalah yang disampaikan.
Jadi, permintaan untuk menghidupkan Sam adalah keisengan kaumnya untuk tidak beriman. Sebagaimana orang Yahudi yang diperintahkan untuk menyembelih sapi betina. Sebenarnya mereka enggan melakukannya. Tapi dengan dalih ingin mengetahui jenis yang pasti mereka menanyakankriteria sapi tersebut secara detil sehingga susah dipenuhi. Demikian pula kisah ini. Dengan dihidupkan Sam, mestinya kewajiban mereka untuk beriman menjadi bertambah besar. Toh akhirnya masih ada juga yang tidak beriman. Yang demikian itu siksanya lebih dahsyat.
Kedua adalah soal pedihnya maut. Memang dikabarkan bahwa proses keluarnya nyawa dari jasad seseorang sungguh menyakitkan. Bahkan menurut riwayat, Jibril pun tidak tega melihat Rasulullah SAW, sahabat dan kekasihnya itu saat dicabut nyawanya. Sebetulnya, semua kisah ini mengandung pesan bahwa manusia harus selalu berusaha dan berdoa agar menjadi khusnul khatimah. Salah satu contoh orang yang meninggal dengan khusnul khatimah adalah orang yang berjihad di jalan Allah. Ia tidak saja tidak merasakan rasa pedihnya maut, tapi justru meminta kepada Allah untuk dihidupkan lagi dandimatikan lagi dalam keadaan syahid. Masih banyak amal ibadahlain yang membuat seorang muslim menjadi khusnul khatimah dalam sakaratul mautnya.tak lupa diiringi doa, “Allahumma hawwin ‘alainaa fii sakaratil maut”.
Sumber: Hikmah dari Langit/Yusuf Mansur/Pena Pundi Aksara/Januari 2007
Posting Komentar